Beijing – (AmperaNews.com) – Dalam parade militer 3 September 2025, Angkatan Udara PLA menerbangkan sejumlah jet tempur siluman J-20, J-20A, J-20S, dan J-35A, hingga pesawat angkut strategis Y-20.
Jet tempur J-20 adalah jet siluman dua kursi pertama dan satu-satunya di dunia dengan kode nama “Mighty Dragon”.
Varian dua kursi jet ini dilengkapi sistem kontrol penerbangan cadangan yang dapat digunakan oleh operator di kursi belakang jika sistem utama mengalami malfungsi saat beroperasi, atau jika pilot di kursi depan tidak dapat terbang. Kursi belakang juga dapat digunakan untuk melatih penerbang baru agar mereka terbiasa dengan jet tempur mutakhir secepat mungkin
Sedangkan J-20A adalah varian jet tempur kursi tunggal yang punya beberapa perbedaan tampilan luar dibandingkan versi dasarnya J-20. Bagian punggung pesawat dibuat lebih besar, bagian hidung diubah bentuknya, dan saluran udara mesinnya juga dimodifikasi supaya cocok dengan mesin baru buatan dalam negeri yang lebih bertenaga.
Mesinnya sudah memakai teknologi pengendali arah dorongan, yang membuat pesawat bisa bermanuver jauh lebih lincah di udara. Teknologi ini membuat pilot bisa mengubah arah dorongan mesin, sehingga pesawat mampu melakukan manuver ekstrem pada sudut terbang yang tajam. Kemampuan itu diharapkan membantu pilot untuk menghindari rudal atau mencari posisi menguntungkan dalam pertempuran udara dalam jangkauan visual.
Selain manuver taktis, mesin baru juga hemat bahan bakar meski dengan jangkauan terbang yang lebih jauh. Konfigurasi aerodinamis J-20A juga dioptimalkan karena kerangka belakang pesawat yang sedikit lebih tinggi, dapat menciptakan lebih banyak ruang internal untuk sensor tambahan atau tangki bahan bakar. Dampaknya, kanopi kokpit memiliki bidang pandang 360 derajat, terutama ke arah belakang.
Berkat peningkatan avionik dan sensor, pilot J-20A tidak perlu lagi menoleh untuk melihat kondisi di belakang, karena sejumlah sensor elektro-optik pasif yang dipasang di sekitar badan pesawat bisa memberikan pandangan ke segala arah
Sementara itu, J-20S dirancang oleh Chengdu Aircraft Design and Research Institute, anak perusahaan Aviation Industry Corp of China (AVIC) di provinsi Sichuan. Pesawat tempur ini mampu menghindari radar dengan operasi jarak jauh, punya kemampuan presisi dalam peringatan dini sehingga memberikan keleluasaan bagi pilot untuk fokus pada pertempuran udara sesungguhnya, hingga dapat memandu pesawat nirawak untuk menyerang target musuh.
Varian J-35 adalah pesawat tempur pertama Angkatan Laut yang mampu menghindari radar. Varian tersebut, didukung J-35A sebagai pesawat tempur siluman multiperan berkursi tunggal dan bermesin ganda dengan konfigurasi aerodinamis konvensional. Pesawat ini dirancang Institut Desain dan Penelitian Pesawat Shenyang AVIC di Provinsi Liaoning.
Tugas utama jet tersebut adalah menghadapi pesawat musuh, termasuk pesawat tempur dan pesawat pengebom, menembak jatuh rudal jelajah musuh, dan menghancurkan perangkat keras pertahanan udara berbasis darat dan kapal dengan misi sekunder melakukan serangan udara terhadap target darat dan laut.
Seri J-20 dan J-35A pun akan saling melengkapi dalam pertempuran udara di masa depan. J-20 akan digunakan untuk merebut dominasi udara sementara J-35A yang berukuran sedang cocok untuk melakukan berbagai jenis operasi, mulai dari menghadapi pesawat tempur musuh hingga menyerang secara presisi terhadap target darat dan laut.
China pun menjadi negara kedua, setelah Amerika Serikat, yang memiliki dua keluarga jet tempur siluman yang aktif bertugas.
Selain jet tempur, Angkatan Udara PLA juga mempertunjukkan versi modifikasi mesin dari pesawat angkut strategis yaitu Y-20B.
Pesawat angkut Y-20B punya kelebihan utama pada mesin barunya yang disebut high-bypass turbofan. Mesin jenis ini seperti kipas raksasa yang sangat irit tapi bertenaga karena sebagian besar udara yang dihisap kipas di depan mesin tidak masuk ke ruang pembakaran, tapi langsung didorong ke belakang untuk menciptakan tenaga dorong yang besar.
Hasilnya, Y-20B lebih hemat bahan bakar, bisa terbang lebih jauh, dan mampu mengangkut beban yang lebih berat dibandingkan versi Y-20. Mesin ini pun buatan dalam negeri.
Selain jet tempur, Angkatan Udara PLA juga mempertunjukkan pesawat tanpa awak (drone) berbagai jenis mengingat tren saat ini adalah mengintegrasikan pesawat tempur siluman mereka dengan pesawat nirawak. Alasannya, jet tempur siluman sangat mahal dan canggih, sementara drone jauh lebih murah dan mudah dikorbankan dalam pertempuran.
Pesawat-pesawat nirawak tersebut juga akan mampu mendeteksi sinyal pesawat musuh dan kemudian secara otomatis memetakan rute untuk menembus pertahanan mereka dan menghancurkan sasaran tersebut. Penggunaan pola baru ini berpotensi merevolusi pertempuran udara pada masa depan.
Darat-laut-udara
PLA juga pertama kalinya memamerkan “triad nuklir” yaitu sistem pertahanan nuklir andal yang punya kemampuan menghadapi sekaligus melakukan serangan darat (rudal nuklir balistik diluncurkan dari silo atau kendaraan peluncur), serangan laut (rudal nuklir diluncurkan dari kapal selam yaitu menggunakan Submarine-Launched Ballistic Missile (SLBM) dan serangan udara (rudal nuklir diangkut dan diluncurkan dari pesawat pengebom strategis).
Terdapat delapan jenis rudal balistik diarak sepanjang Jalan Chang’an dalam parade yaitu: rudal balistik hipersonik YJ-21 yang diluncurkan dari udara; rudal balistik hipersonik jarak menengah DF-17; rudal balistik jarak menengah DF-26D; rudal balistik jarak jauh JL-1 yang diluncurkan dari udara; rudal balistik antarbenua JL-3 yang diluncurkan dari kapal selam; dan rudal balistik antarbenua DF-31BJ, DF-61, dan DF-5C.
Setiap sebutan rudal memiliki arti khusus dalam bahasa Mandarin. YJ adalah singkatan dari “yingji”, atau “Serangan Elang”; DF adalah singkatan untuk “dongfeng” atau “Angin Timur”; JL untuk rudal dari kapal selam merupakan singkatan dari “julang” atau “Gelombang Besar”; dan JL yang diluncurkan dari udara adalah singkatan “jinglei”, atau “Petir yang Mengejutkan”.
Di antara mereka, JL-1, JL-3, DF-26D, DF-31BJ, DF-61, dan DF-5C benar-benar dirahasiakan sebelum acara parade militer tersebut. Debut mereka akan menjadi “kartu truf” kemampuan nuklir strategis berbasis darat, laut dan udara bagi PLA.
DF-5C adalah anggota terbaru dalam keluarga DF-5, yang merupakan seri rudal balistik pertama China dengan jangkauan antarbenua dan dapat menyerang setiap sudut di bumi. Tipe baru ini memiliki sistem pendorong mesin (propulsi) terkuat dan jangkauan terbangnya menjadi yang terpanjang di antara semua rudal balistik China.
Tipe baru tersebut mampu membawa beberapa hulu ledak, beberapa di antaranya tiruan, yang secara efektif membingungkan sistem pertahanan rudal musuh dan menetralisir upaya intersepsi musuh.
Selanjutnya ada JL-3 sebagai tipe terbaru rudal balistik antarbenua yang diluncurkan dari kapal selam milik Angkatan Laut PLA. JL-3 memiliki akurasi serang yang setara dengan rudal berbasis laut terbaik di dunia.
JL-3 dapat diluncurkan dari mana pun kapal induknya berlayar dan memiliki jangkauan serang yang jauh lebih jauh daripada pendahulunya. Rudal ini sulit dideteksi dan dilacak, serta dapat digunakan dalam waktu singkat sehingga cocok bertugas untuk mencegat maupun menyerang balik musuh.
Kemudian ada empat jenis rudal antikapal hipersonik yaitu YJ-15, YJ-17, YJ-19, dan YJ-20. Rudal-rudal ini dapat digunakan oleh jet tempur, kapal tempur maupun kapal selam Angkatan Laut PLA untuk melakukan serangan presisi jarak jauh dan sangat cepat terhadap kapal musuh dan target darat. Keempat rudal seri YJ mampu membentuk jaringan yang memungkinkan mereka bekerja sama untuk melakukan serangan sangat cepat.
Ahli strategi perang Tiongkok kuno Sun Tzu, dalam bukunya The Art of War menjelaskan bahwa kemenangan dalam peperangan dapat diprediksi dengan lima prinsip utama. Pertama, tahu kapan harus bertempur dan kapan menghindari pertempuran; kedua, memahami kapan menggunakan pasukan besar atau kecil; ketiga, memiliki kesatuan pikiran antara perwira dan prajurit; keempat, menghadapi musuh yang tidak siap dengan persiapan matang; dan kelima, memiliki jenderal kompeten yang tidak dikendalikan secara sembarangan oleh pemerintah.
Dengan menguraikan lima prinsip itu, Sun Tzu menyatakan bahwa ketika seseorang mengenal dirinya sendiri sekaligus orang lain, ia tidak akan pernah berada dalam bahaya; ketika seseorang mengenal diri sendiri tetapi tidak mengenal orang lain, ia memiliki setengah peluang untuk menang; dan ketika seseorang tidak mengenal diri sendiri maupun orang lain, ia berada dalam bahaya dalam setiap pertempuran.
Jadi, saatnya mengenal peralatan perang China lebih dalam lagi.