JAKARTA – ( AmperaNews.) – Mantan Menteri Perdagangan Periode 2015-2016 Thomas Trikasih Lembong mengaku heran dengan ditetapkannya sebagai tersangka dugaan kasus korupsi oleh Kejaksaan Agung.
Menurut Tom selama pemanggilan saksi dari jaksa penuntut umum (JPU) tidak ada bukti atas tuduhan tersebut. Meski demikian, Tom Lembong tetap menjalankan tanggungjawabnya dalam proses hukum yang ada di Indonesia. Pihak keluarga, kerabat hingga rekan kerja memuji karakter Tom yang tidak lari dari masalah.
“Sampai saat inipun, saya masih belum menemukan kesalahan saya,” ucap Tom Lembong usai sidang pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Tipikor, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dihadiri KBA News pada Selasa malam, 1 Juli 2025.
Bahkan, lanjut Tom, sempat ragu dengan kasus ini yang diada-adakan. Dia menuturkan mencoba mengingat-ingat saat Tom Lembong menjabat sebagai Mendag waktu itu.
“Bahkan seringkali saya dapat ditanya kepada berbagai rekan kerja, saya sejauh mungkin menjemput tanggung jawab. Dalam proses hukum, proses presiden ini, saya juga sempat ragu, pernah ragu, jangan-jangan ada sesuatu yang memang salah. Dan saya mencoba merenungkannya dengan sangat keras,” paparnya.
Mantan Mendag ini sering membaca kembali berita acara pemeriksaan (BAP) dari saksi, mengecek kembali data hingga audit BPKP. Namun dia belum menemukan kesalahan yang dia lakukan sampai merugikan negara.
“BAP-BAP saksi saya baca berulang kali. Data, fakta, angka saya pinjau kembali, saya evaluasi berulang kali. Audit BPKP saya baca balik-balik. Dan saya tetap belum bisa menemukan kesalahan saya ataupun siapa yang saya rugikan, berapa kerugian yang saya akibatkan, dan kapan kerugian tersebut terjadi,” ungkap Tom Lembong.
Dengan begitu dia tidak pernah menyesal meskipun umur tidak lagi muda. Tapi Tom Lembong bakal melalukan apa yang sudah dilakukan saat itu jika dia mendapat kesempatan menjabat sebagai Mendag.
“Jadi, saya bukan seseorang yang tidak punya rasa menyesal. Saya bukan seseorang yang tidak punya rasa takut dan apalagi di usia 54 tahun, saya sangat-sangat menyadari bahwa saya sangat jauh dari sempurna,” ujarnya.
“Dan saya kembali di Agustus, September, Oktober, November, Desember 2015, di Januari sampai Julai 2016. Apakah saya akan melakukan hal yang sama? Sejauh yang saya bisa lihat saat ini, saya akan mengulang semuanya persis seperti yang saya lakukan. Dan insya Allah suatu hari, kalau saya kembali diberikan kesempatan untuk mengabdi dalam posisi jabatan, saya akan bertindak sama seperti bagaimana saya bertindak di tempus berkera saat itu,” tambahnya.
Tom mengaku tidak pernah membayangkan bakal menjalankan dalan situasi saat ini. Tom tetap mengikuti dan mengamati perkembangan kondisi politik maupun kondisi hukum di negeri tercinta, Indonesia serta Tom Lembong tidak kaget dengan apa yang diterimanya setelah mengikuti dan mengamati perkembangan politik di Indonesia ini.
“Tentunya saya tidak sepenuhnya kaget, tidak sepenuhnya heran atas kejadian ini yaitu saya ditersangkakan,” tutur Tom.
Hal itu karena Tom Lembong sejak resmi bergabung menjadi tim kampanye nasional di salah satu pasangan Capres-Cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) di Pilpres 2024. Kemudian dia telah menjadi target Kejagung terkait perkara korupsi tersebut.
“Sekali lagi, dari awal-awal proses kampanye Pilpres 2024, saya sudah diberi tahu bahwa Kejaksaan Agung sudah menerbitkan Sprindik yang terkait kasus atau membidik kasus terkait importasi gula di mana saya merupakan seorang target,” ungkap Tom.
“Jadi, saat saya diberi tahu, saya ditetapkan tersangka dan akan langsung masuk ruang tahanan, boleh dibilang kaget tidak kaget dan heran tidak heran,” sambungnya.
Tom Mendapatkan Ancaman
Tom berkata ancaman secara tidak langsung itu disampaikan oleh orang yang berada di pemerintahan maupun dalam lingkaran pemerintahan.
“Saya akan mengatakan tidak ada ancaman langsung, tapi sudah banyak ancaman tidak langsung oleh orang-orang yang berada dalam pemerintahan, maupun orang-orang yang dekat dengan pemerintahan. Bahwa akan membawa konsekuensi termasuk potensi konsekuensi hukum apabila saya memilih sebuah posisi yang berseberangan dengan penguasa,” tutur Lembong.
Apakah pada saat memilih pilihan politik tersebut ada ancaman terhadap saudara terdakwa?
Dia menceritakan ketika awal-awal kampanye dan resmi bergabung di pasangan calon Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar saat menghadiri acara tokoh-tokoh Muhammadiyah dirinya ditanya yang berani berseberangan dengan penguasa. Mendengar hal tersebut, Tom menjawab dengan lugas bahwa apa yang dimiliki saat ini merupakan rezeki.
“Di suatu acara, tokoh-tokoh Muhammadiyah, saya ditanya kok saya berani untuk berseberangan dengan penguasa, dan saya menyampaikan kepada segenap hati kepada hadirin, tokoh-tokoh Muhammadiyah dari seluruh Indonesia bahwa saya merasa dalam hidup saya sudah diberikan terlalu banyak rezeki,” tegasnya.
Oleh karena itu, Tom memberanikan diri untuk berseberangan dengan pilihan politiknya yang berbeda dengan penguasa pada saat itu.
“Sehingga untuk perjuangan ini saya siap untuk dipenjara, siap untuk disiksa, dan bahkan siap untuk dibunuh. Jadi, ekspektasi saya sudah saya sesuaikan meskipun saya tetap shock dan tetap kecewa. Secara rasional saya mengetahui bahwa arah perkembangan sistem perpolitikan kita memang sudah seperti itu,” tutupnya.