Palu – (AmperaNews.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu mengapresiasi nilai-nilai keberagaman dan kemanusiaan yang menjadi prinsip pemberian bantuan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh organisasi kemanusiaan Wahana Visi Indonesia (WVI) di Sulawesi Tengah.
“Ajaran Islam itu selain hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan manusia juga harus diperbaiki. Hablumminannas itu saya lihat ada di WVI, bagaimana menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, mengangkat harkat perempuan, mengasuh anak yang baik,” kata Ketua MUI Kota Palu Prof Zainal Arifin di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis.
Hal itu dikatakannya terkait jalinan kerja sama MUI Kota Palu dengan Wahana Visi Indonesia (WVI).
Pihaknya pun meyakinkan ormas-ormas Islam setempat bahwa keberadaan WVI di Sulawesi Tengah murni untuk melaksanakan program-program yang bertujuan untuk pengembangan masyarakat, advokasi, dan tanggap bencana tanpa membedakan suku, agama, ras, dan gender.
“Bukti yang berbicara. Kita tunjukkan dengan bukti dan kerja kita bahwa apa yang kita lakukan (kerja sama MUI dan WVI) tidak seperti yang dikhawatirkan oleh mereka,” katanya.
Dia menambahkan masyarakat Muslim di Sulawesi Tengah justru mendapatkan banyak manfaat dengan adanya intervensi WVI di provinsi tersebut.
Pihaknya pun mengapresiasi program-program kerja WVI yang meliputi penurunan stunting, Pengasuhan Dengan Cinta (PDC), penanganan kebencanaan, dan perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan.
Zainal Arifin menyampaikan MUI Kota Palu telah bekerja sama dengan WVI diantaranya melakukan nota kesepahaman dalam meningkatkan kualitas SDM, khususnya perempuan dan anak.
Kemudian menggelar pelatihan perlindungan perempuan dan anak, termasuk Pengasuhan Dengan Cinta (PDC) berdasarkan Islam.
Selain itu penanganan pasca bencana di Palu pada 2018.
“Beberapa hal yang kita lakukan bersama-sama, yaitu pada saat gempa tsunami dan likuifaksi. Pada 2018, bersama dengan WVI melakukan recovery terhadap korban bencana, termasuk pelatihan trauma healing,” katanya.
Juga sosialisasi pencegahan dan bahaya kekerasan seksual pasca bencana.
“Termasuk ikut juga bagaimana melakukan pembinaan di huntara (hunian sementara). Karena di sana juga ada pelecehan-pelecehan seksual,” kata Zainal Arifin.