Köln – (AmperaNews.com) – Indonesia merayakan hubungan persahabatan dengan Jerman lewat gelaran Indonesien Köln Festival (IKF) 2025 yang dibuka Jumat (5/9) di Alte Feuerwache Köln sebagai bagian dari perayaan ke-75 tahun Deutsch-Indonesische Gesellschaft (DIG) Köln.
Festival yang diselenggarakan pertama kalinya di Köln tersebut berlangsung selama tiga hari dengan menampilkan seni, budaya, bazar kuliner, kerajinan, diskusi publik, serta kegiatan sosial.
Presiden DIG Köln, Lena Simanjuntak Mertes, melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang mendukung festival ini dan menekankan peran DIG sebagai wadah yang mempertemukan masyarakat Indonesia dan Jerman melalui seni dan budaya.
Sementara itu, Acting Konsul Jenderal RI Frankfurt, Toary C.F. Worang, memberikan perhatian pada kiprah DIG Köln yang menjembatani hubungan persahabatan kedua negara.
“DIG Köln berdiri bahkan sebelum hubungan diplomatik resmi Indonesia–Jerman dibuka pada 1952. Selama 75 tahun, DIG Köln telah memperkenalkan dan memperkuat hubungan masyarakat kedua bangsa,” kata dia.
Festival dihadiri pula oleh Wali Kota Köln Andreas Wolter, perwakilan KBRI Berlin dan KJRI Frankfurt, komunitas internasional, dan diaspora Indonesia dari berbagai kota di wilayah Nordrhein-Westfalen dan sekitarnya. Di antara mereka yang hadir termasuk akademisi, mahasiswa, dan komunitas lokal, yang menegaskan peran IKF sebagai ruang pertemuan dan dialog.
IKF 2025 menegaskan semangat “Kultur im Dialog” dalam memperkuat persahabatan Indonesia–Jerman melalui seni, budaya, kolaborasi kreatif, dan interaksi masyarakat. Festival ini diselenggarakan oleh DIG Köln dengan dukungan dari KJRI Frankfurt dan Pemerintah Kota Köln.
Hari pertama festival menampilkan pementasan teater bertajuk “Wohin mit dem Müll?” (Di Kemanakan Sampahnya?) hasil kolaborasi DIG Köln dengan PPI Bonn, serta diskusi publik “Lingkungan dan Sampah Kita” bersama penggiat lingkungan dan pembangunan berkelanjutan Husni Suwandhi.
Pada Sabtu (6/9) pengunjung disuguhkan tari tradisional Sunda, Betawi, dan Sulawesi; musik angklung Svara Bhinneka; pencak silat Perisai Diri; serta peragaan busana kontemporer berbasis batik dan pakaian tradisional Indonesia di aula utama.
Sementara pada hari kedua, festival menghadirkan diskusi ekonomi “Hubungan Ekonomi Indonesia–Jerman: Peluang, Tantangan, Perspektif” oleh Armin Heider (IHK-Bonn) dan sarasehan komunitas. Selain itu, KJRI Frankfurt juga membuka Warung Konsuler yang menyediakan berbagai layanan konsuler dan konsultasi sebagai bagian dari upaya menjangkau masyarakat dan diaspora di wilayah kerja KJRI Frankfurt.
Festival ditutup pada Minggu (7/9) dengan pertunjukan Sasando, Tari Tor Tor Batak, pertunjukan fesyen DIG Rhein-Ruhr, musik dangdut bersama komunitas BonnIndo, sesi diskusi bersama Henry Urmann yang membahas karya seni “People’s Justice”, serta lelang seni untuk mendukung proyek anak-anak di Indonesia.
Pasar Senggol dan Bazar Indonesia pada 6–7 September 2025 turut menjadi elemen utama yang menghidupkan suasana IKF dengan menghadirkan keanekaragaman kuliner Nusantara, kerajinan tangan, produk budaya, dan pameran seni kulit kayu Papua.