AMPERANEWS.COM – Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) kembali mencatat sejarah. Di bawah kepemimpinan Gubernur Sumsel, Herman Deru, Sumsel menjadi provinsi pertama di Indonesia yang menerapkan Pendidikan Ketahanan Pangan melalui Muatan Lokal (Mulok) Kemandirian Pangan di sekolah.
Program ini resmi diluncurkan Gubernur Herman Deru, Kamis (23/10/2025), sebagai kelanjutan dari Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang telah digagas sejak 2021. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam upaya mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan nasional dari sektor pendidikan.
“Mau sekuat apa pun alutsista sebuah negara, kalau tidak mandiri dan tidak tahan pangan, negara itu akan lemah,” tegas Herman Deru dalam sambutannya.
Menurut Deru, penerapan Mulok Kemandirian Pangan bukan sekadar teori di ruang kelas, tapi gerakan nyata membentuk siswa agar peduli dan berperan dalam menciptakan masyarakat mandiri pangan. Dengan memasukkan konsep ketahanan pangan ke dalam kurikulum, siswa diharapkan tidak hanya memahami, tetapi juga menerapkan nilai produktivitas dan kemandirian sejak dini.
Pada tahap awal, Mulok Kemandirian Pangan sudah diterapkan di 34 sekolah di seluruh Sumsel. Gubernur menargetkan perluasan ke seluruh kabupaten dan kota agar setiap siswa menjadi agen perubahan di bidang pangan.
“Jangan berhenti di seremoni. Implementasi lapangan harus berjalan. Program ini akan kita evaluasi tiap tiga bulan,” tegasnya.
Atas terobosannya, Gubernur Herman Deru menerima penghargaan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) RI sebagai bentuk apresiasi terhadap komitmennya memperkuat pendidikan ketahanan pangan di Sumsel.
Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Mondyaboni, menyebut pelaksanaan Mulok Kemandirian Pangan berhasil menanamkan kesadaran sekaligus kebiasaan baru di kalangan siswa.
“Siswa kini gemar gizi, gemar bercocok tanam, dan gemar makan sayur. Ini membentuk karakter produktif dan sehat,” ujarnya.
Ia menegaskan Dinas Pendidikan berkomitmen memperluas pelaksanaan mulok ini ke seluruh sekolah di Sumsel. “Kami ingin siswa menjadi agen ketahanan iklim dan pangan,” tambahnya.
Langkah visioner Sumsel juga mendapat apresiasi dari Direktur ICRAF Indonesia, Andree Ekadinata. Ia menilai integrasi ketahanan pangan ke dalam sistem pendidikan merupakan langkah luar biasa dan strategis.
“ICRAF sudah dua dekade mendampingi provinsi-provinsi dalam pertanian berkelanjutan. Tapi apa yang dilakukan Sumsel ini unik menggabungkan pendidikan, pangan, dan kearifan lokal,” kata Andree.
Ia menekankan pentingnya sinkronisasi antara ketahanan iklim dan ketahanan pangan. “Ketahanan iklim berarti kemampuan bertahan di tengah perubahan. Dan itu tak mungkin tanpa pangan yang kuat,” ujarnya.
Andree juga menyoroti pentingnya dokumentasi sumber pangan lokal dalam kurikulum agar tidak hilang ditelan zaman. “Mulok ini bukan hanya soal tanam-menanam, tapi juga melestarikan pengetahuan lokal untuk generasi berikutnya,” katanya.
Dengan berbagai dukungan, Mulok Kemandirian Pangan di Sumsel diharapkan menjadi model nasional bagi pendidikan karakter dan ketahanan pangan di Indonesia.
“Sumsel bukan hanya bicara teori, tapi memulai gerakan nyata. Inilah bukti bahwa kemandirian pangan bisa dibangun dari ruang kelas,” tutup Andree.


















